Melalui pendekatan komparatif, proyek penelitian ini mengkaji lebih dalam penyebab, bentuk, dan sifat dari kekerasan (ekstrem) yang dilakukan oleh kekuatan militer Belanda dalam upayanya untuk mendirikan kembali otoritas kolonial pada masa-masa Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1949).

Dalam beberapa tahun terakhir ini, kekerasan ekstrem yang dilakukan oleh serdadu Belanda di Indonesia telah mengundang banyak perhatian, baik dari kalangan ilmuwan atau khalayak umum. Hal serupa juga terjadi di Perancis dan Inggris, khususnya terkait dengan segala jenis penyiksaan, eksekusi, dan deportasi massal yang terjadi selama berlangsungnya konflik kolonial di Aljazair, Malaysia, dan Kenya. Dan sampai taraf tertentu, perhatian serupa juga diberikan terhadap Indocina dan negara bekas jajahan Portugal. Hal yang membedakan adalah bahwa di Belanda, konflik Indonesia-Belanda (1945-1949) dengan sengaja sudah terlalu lama diendapkan, bila bukan ditanggapi secara picik.  

Oleh sebab itu, proyek penelitian ini, yang berpayung pada program penelitian induk yakni Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan, dan Perang di Indonesia, 1945-1950, bertujuan untuk membandingkan penyebab, bentuk, dan sifat dari penggunaan kekerasan ekstrem yang dilancarkan pada tahun-tahun dekolonisasi. Para peneliti dalam kajian bandingan ini akan menguraikan faktor-faktor yang bertalian atau mirip antara satu perang dengan perang lainnya yang dilancarkan kekuatan-kekuatan imperialis (seperti rasisme yang turun temurun, kekerasan kolonial, atau ragam peperangan yang tidak konvensional). Selain itu, para peneliti tersebut akan juga menguraikan faktor-faktor lain yang menjadikan satu peperangan berbeda dari peperangan yang lain (misalnya faktor yang berkaitan dengan kepemimpinan, pengawasan internasional, atau, dalam kasus Indocina dan Indonesia, ihwal warisan kolonial yang diturunkan penjajah Jepang). Secara keseluruhan, kajian bandingan ini akan memperluas dan memperdalam pemahaman kita tentang pola-pola kekerasan masa dekolonisasi yang dilakukan oleh Belanda, Perancis, Inggris, dan Portugal, sekaligus memahami peperangan kolonial secara umum.

Proyek ini merangkul dua belas peneliti internasional dan Belanda yang kesemuanya akan bekerja sama secara intensif dalam sebuah kelompok tema. Puncaknya adalah penelitian bersama selama tiga bulan di Lembaga Negara untuk Kajian Lanjut (Netherlands Institute of Advanced Studies – NIAS) di Amsterdam pada bulan Semi 2019.Temuan-temuan penelitian tersebut selanjutnya akan dipaparkan pada konferensi tanggal 20-21 Juni 2019 di Amsterdam. Kemudian, tulisan-tuilsan ilmiah hasil penelitian ini akan diterbitkan dalam sebuah bunga rampai oleh Cornell University Press pada tahun 2022. Pada bulan Juni 2020, jurnal terkemuka BMGN-Low Countries Historical Review juga akan membuka sebuah sebuah forum dalam Bahasa Belanda untuk memberi ruang bagi para peneliti dalam menyajikan dan membahas temuan-temuan yang telah mereka hasilkan.

Berikut adalah topik-topik penelitian dan para anggota peneliti yang tergabung dalam Kelompok tema NIAS:

  1. Pengantar: membandingkan kekerasan ekstrem pada perang-perang dekolonisasi
    Dr. Thijs Brocades Zaalberg (Leiden University dan Netherlands Defence Academy) dan Dr. Bart Luttikhuis (Leiden University dan Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)
  2. Dekolonisasi berdarah: respon Belanda dan Perancis terhadap kekerasan revolusioner di Indonesia dan Indocina, 1945-1946.
    Professor Pierre Asselin (San Diego State University) dan Dr Esther Captain (Royal Netherlands Institute for Southeast Asian and Caribbean Studies)
  3. ‘Kekerasan Teknologi’ dalam perang kontra-insurgensi masa kolonial: ‘cara berperang’ dan peran persenjataan berat dalam eskalasi perang
    Professor Brian McAllister Linn (Texas A&M) dan Azarja Harmanny MA (Netherlands Institute for Military History)
  4. Kekerasan Seksual dan pengalaman berbasis gender atas perang dekolonisasi di Indonesia dan Aljazair
    Dr Natalya Vince (University of Portsmouth) dan Dr Stef Scagliola (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies)
  5. Berbagi cerita tentang kekerasan: tingkat kepedulian politik dan pertanggungjawaban di Indonesia, Malaysia dan Kenya
    Dr Huw Bennett (Cardiff University) dan Professor Peter Romijn (NIOD Institute for War, Holocaust and Genocide Studies).
  6. Membuka wawasan atas mikrodinamika kekerasan insurgensi dan kontra-insurgensi: bukti-bukti dari Asia Tenggara dan Africa pada masa kolonial akhir
    Professor Martin Thomas (University of Exeter) dan Dr Roel Frakking (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies).